Frans Harsana Sasraningrat

Raden Mas Fransiskus "Frans" Harsana Sasraningrat (lahir 27 Juli 1931) adalah seorang tuna netra yang menjadi pendidik anak.

Kehidupan awal

Lahir dari keluarga ningrat dari 8 bersaudara, ayahnya bernama RM. Johannes Soedarto Sasraningrat, putera Bendoro Raden Mas Haryo Sosroningrat dan ibunya bernama Raden Ayu Sitifaila, puteri BRM. Suryohudoyo. Baik BRM. Haryo Sosroningrat dan BRM. Suryohudoyo adalah putera Paku Alam III, sehingga menjadikan Frans sebagai cicit Paku Alam III. Nenek Frans dari pihak ayah (Raden Ajeng Mutmainah alias Bendoro Raden Ayu Sosroningrat) adalah cicit Pangeran Diponegoro. Salah satu bibi Frans dari pihak ayah (RA. Soetartinah), menikah dengan Ki Hajar Dewantara, yang juga cucu Paku Alam III.

Sejak kecil, Frans bercita-cita menjadi seniman, dokter dan arsitek namun kemudian menjadi seorang dosen.[1]

Latar belakang dan karier

Pada usia 21 tahun, ia didiagnosis dokter tentang kebutaannya. Sehingga ia mengurungkan niat menjadi dokter. Pada Februari 1983 ia membuat karya, hal tersebut dituangkannya dalam majalah sarinah, "Tuhan seperti mengirimkan malaikat berwujud kadal". Karya itu berdasarkan pengalaman nya yang tidak jadi bunuh diri pada saat itu.

Pada pidatonya di depan Sidang Senat Terbuka IKIP Yogyakarta, 31 Januari 1987, Frans mengemukakan pentingnya rintisan pendidikan nonformal tunanetra berdasarkan grat keluarga dan pendekatan lingkungan.

Sejalan dengan waktu, dia menjadi penulis hebat dengan kemampuan menguasai tiga bahasa dan menikmati hidup layaknya orang normal. Frans berkeyakinan bahwa orang hidup harus selalu dikembangkan, berpikir, produktif, dan konstruktif.[1]

Rujukan

  1. ^ a b Baihaqi, MIF (2014). Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Luar Biasa. Bandung: nuansa cendekia. hlm. 455. ISBN 9786028395755.